Mouse

Selasa, 18 Desember 2012

Artikel ESOP


PENGARUH PENERAPAN EMPLOYEE STOCK OPTION PROGRAM TERHADAP REAKSI PASAR DAN KINERJA PERUSAHAAN DI INDONESIA
Erick Hariyono
NIM: 121010010

ABSTRACT
In a company, there is always conection between the owner’s interst and his manager’s in taking decisions. Owner’s interest as the principal and manager’s as the agent always have conflict of interests. Many applications are created to minimalize agency’s problems. One of many ways which is used to decrease agency’s problem by using Employee Stock Owner Program (ESOP). ESOP application is still new and rarely used by companies in Indonesia. Accordingly, verification of market reaction effect and company performance is needed in Indonesia. This article discussed about the congruity of published journal result with theories about market reaction effect and company’s performance to ESOP.

Keywords: Option, Employee Stock Ownership Program (ESOP), market reaction, company’s performance.


1. PENDAHULUAN



       Dalam pengambilan keputusan melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) selalu terjadi perbedaan pendapat antara pemilik saham sebagai principal dengan manajer perusahaan sebagai agent. Untuk mengurangi perbedaan pendapat antara pemilik dengan manajer perusahaan, pemilik dapat memberikan kompensasi kepada manajer. Menurut Dessler (2007), kompensasi adalah semua bentuk pembayaran atau hadiah yang diberikan kepada karyawan dan muncul dari pekerjaan mereka. Kompensasi dapat diberikan kepada karyawan dengan melakukan program opsi saham dengan cara Executive Stock Option Plan dan Employee Stock Option Program (Aboody dan Kasznik, 2000).
       Rencana Kepemilikan Saham Karyawan atau biasa di sebut dengan Employee Stock Ownership Plans (ESOP) merupakan rencana kepemilikan karyawan atas saham perusahaan yang diharapkan dapat meningkatkan sense of belonging sehingga mendukung peningkatan kinerja perusahaan (Herdinata, 2004). Pemberian ESOP ini juga diharapkan memberikan sinyal positif kepada para investor. 
       Karena ESOP masih relatif baru di Indonesia, maka dalam tulisan ini akan membahas mengenai pengaruh penerapan Employee Stock Option Program terhadap reaksi pasar dan kinerja perusahaan di Indonesia melalui penelitian terdahulu.
2. AGENCY THEORY
       Menurut Brigham dan Houston (2004), agency theory adalah hubungan antara satu atau lebih orang yang disebut principal yang memerkerjakan orang lain atau organisasi lainnya yang disebut agent dengan tujuan untuk melakukan suatu jasa. Principal mendelegasikan wewenang dalam pembuatan keputusan kepada agent sehingga agent dapat memaksimalkan kesejahteraan principal. 
       Menurut Tandiyo dan Fangliana (2012), dalam agency theory, principal adalah pemegang saham / pemilik / investor, sedangkan agent adalah manajer atau manajemen yang mengelola perusahaan atau kreditur. Jika antara principal dan agent mempunyai tujuan yang sama untuk memaksimumkan nilai perusahaan, maka agent akan bertindak sesuai dengan kepentingan principal. Sedangkan principal akan menyediakan fasilitas dan dana untuk kebutuhan operasi perusahaan yang dikelola oleh agent, dengan tujuan meningkatkan kemakmuran pemilik atau meningkatkan laba perusahaan. Sebagai imbalannya, agent akan memeroleh gaji, bonus, dan berbagai kompensasi lainnnya.
3. AGENCY PROBLEM
       Menurut Brigham dan Houston (2004) mengatakan bahwa agency problem adalah suatu konflik kepentingan antara agent yaitu manajer dan principal yaitu pemegang saham atau konflik kepentingan antara manajer dengan kreditur. Agency problem juga akan sering terjadi pada perusahaan besar. Hal tersebut dikarenakan manajer hanya memiliki sejumlah kecil saja saham dari perusahaan, sehingga hal ini akan membuat manajer meletakkan kepentingann dan tujuan perusahaan di belakang tujuan atau kepentingan manajer.
       Menurut Nuswandari (2009) dalam Tandiyo dan Fangliana (2012), Agency problem akan lebih sering terjadi jika kepemilikan saham terdistribusi secara luas, sehingga principal akan susah dalam mengontrol manajer karena principal hanya memiliki kekuasaan yang kecil dan akan merugikan principal dalam pengambilan keputusan perusahaan.
4. AGENCY COST 

       Menurut Gitman (2000), agency cost adalah biaya yang dihasilkan oleh pemegang saham untuk mencegah atau meminimalisasi agency problem dan untuk memaksimalkan kesejahteraan pemilik. Agency problem dapat menyebabkan kerugian bagi pemegang saham atau kurang maksimalnya kesejahteraan pemegang saham dikarenakan pengambilan keputusan yang tidak sesuai dengan kepentingan pemegang saham atau penempatan kepentingan pemegang saham dibelakang kepentingan pribadi manajer. Hal tersebut akan memunculkan agency cost (Tandiyo dan Fangliana, 2012)
5.  OPTION
    Opsi merupakan suatu produk efek (sekuritas) yang akan memberikan hak kepadan pemegangnya (pembelinya) untuk membeli atau menjual sejumlah tertentu dari aset finansial tertentu, pada harga tertentu, dan dalam waktu tertentu (Ang, 1997). Menurut Samsul (2010), opsi berbeda dengan kontrak futures dan kontrak forward. Dalam kontak opsi, pembeli opsi memiliki hak untuk membeli (call option) dan hak untuk menjual (put option). Karena bersifat hak dan tidak bersifat wajib, maka kontrak opsi tersebut dapat dilakukan atau tidak dilakukan. Sedangkan untuk penjual opsi wajib untuk melaksanakan opsi tersebut jika pembeli melaksanakan kontrak tersebut. Karena posisi penjual lebih lemah dari pada pembeli, maka penjual akan menerima komisi atau biasa disebut premium dari pembeli yang menjadi keuntungan bagi penjual.
       Bedasarkan bentuk hak yang terjadi, opsi dikelompokkan menjadi dua, yaitu opsi beli (call option) dan opsi jual (put option). Call option adalah opsi yang memberikan hak kepada pemiliknya untuk membeli saham dalam jumlah tertentu pada waktu dan harga yang telah ditentukan (Tandelilin, 2010). Sedangkan put option adalah opsi yang memberikan hak kepada pemiliknya untuk menjual saham tertentu pada jumlah, waktu, dan harga yang telah ditentukan (Tandelilin, 2010). 

Terdapat beberapa istilah-istilah yang digunakan dalam kontrak opsi, antara lain. 
  1. Exercise (strike) price adalah harga perlembar saham yang dijadikan patokan pada saat jatuh tempo  (Tandelilin, 2010). 
  2. Expiration date adalah batas waktu dimana opsi yang telah dimiliki dapat dilaksanakan (Tandelilin, 2010). 
  3. Premium (premi opsi) adalah fee yang dibayarkan pembeli opsi kepada penjual opsi dalam nilai mata uang untuk setiap satuan unit suatu kontrak opsi (Samsul, 2010). 
      Ada dua jenis model expiration date yang diterapkan, yaitu model Amerika dan model Eropa. Opsi dengan gaya Amerika dapat dilaksanakan kapan saja sampai batas waktu yang telah ditentukan (expiration date). Sedangkan opsi gaya Eropa dilaksanakan hanya pada saat expiration date. Kontrak di Indonesia menggunakan gaya Amerika yaitu kontrak yang dapat dilaksanakan sebelum atau pada saat jatuh tempo. 

       Menurut Tandelilin (2010), perdanganan Kontrak Opsi Saham (KOS) memperjualbelikan hak hak jual (put option) dan atau hak beli (call option) kepada pihak lain atas sejumlah saham (underlying stock) yang berupa saham induk atau saham acuan. KOS dimulai oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 6 Oktober 2004. Selain Bapepam sebagai pengawas, dalam kegiatan KOS terdapat beberapa pihak pelaku utama dalam perdagangan yaitu. 
  1. PT BEI, memfasilitasi perdagangan KOS yang teratur dan efisien. 
  2. PT KPEI (Kliring Penjamin Efek Indonesia), melaksanakan kegiatan kliring, penjamin, dan penyelesaian dalam perdagangan KOS. 
  3. Anggota bursa KOS, Pihak yang mencatat pendaftaran bagi investor untuk mengikuti KOS sesuai prosedur yang telah ada. Investor, pihak yang ingin membeli atau menjual opsi.
Tipe KOS
Call Option dan Put Option 
Satuan Perdagangan
1 Kontrak = 10.000 opsi saham 
Masa Berlaku
1,2 dan 3 bulan
Pelaksanaan Hak (exercise)
Metoda Amerika (Setiap saat dalam jam tertentu di hari bursa, selama masa berlaku KOS) 
Penyelesaian Pelaksanaan Hak
 Secara tunai pada T+1, dengan pedoman:
call option = WMA – strike price
put option = strike price – WMA
Margin Awal
10% dari nilai kontrak
WMA (weighted moving average)
 adalah rata-rata tertimbang dari saham acuan opsi selama 30 menit dan akan muncul setelah 15 menit berikutnya
Strike Price
adalah harga tebus (exercise price) untuk setiap seri KOS yang ditetapkan 7 seri untuk call option dan 7 seri untuk put option berdasarkan closing price saham acuan opsi saham
Automatic exercise
diberlakukan apabila:
 110% dari strike > call option, jika WMA price
 90% dari strike price < put option, jika WMA
Jam Perdagangan KOS
 Senin – Kamis
:
Sesi 1: 09.30 – 12.00 WIB


Sesi 2: 13.30 – 16.00 WIB
Jum’at
:
Sesi 1: 09.30 – 11.30 WIB


Sesi 2: 14.00 – 16.00 WIB
Jam Pelaksanaan Hak
Senin – Kamis : 10.01 – 12.15 dan 13.45 – 16.15 WIB
Jum’at : 10.01 – 11.45 dan 14.15 – 16.15 WIB
Premium
diperdagangkan secara lelang berkelanjutan
(continuous auction market)
Tabel 1. karakteristik opsi saham yang diperdagangkan di BEI
Sumber: idx.co.id

6. EMPLOYEE STOCK OWNERSHIP PLANS
Menurut Dessler (2007)  Employee Stock Ownership Plans adalah rencana perusahaan dimana perusahaan mengontribusikan bagian dari sahamnya sendiri atau uang tunai untuk digunakan membeli saham kepada sebuah trust (perwalian) yang didirikan untuk membeli bagian saham perusahaan bagi karyawan. Perwalian ini memegang saham dalam rekening karyawan perorangan, dan membagikannya kepada karyawan saat pension (atau perpisahaan lain), dengan mengansumsikan orang tersebut telah bekerja cukup lama untuk mendapat kepemilikan saham. Opsi saham diberikan langsung kepada karyawan secara perorangan untuk digunakan sesuai mereka jika dianggap cocok, bukan ke dalam sebuah perwalian pensiun.

Menurut Bapepam (2002), tujuan penyelenggaraan ESOP antara lain.
a.       Memberikan penghargaan (reward) kepada seluruh pegawai, direksi, dan pihak-pihak tertentu atas kontribusinya terhadap meningkatnya kinerja perusahaan.
b.  Menciptakan keselarasan kepentingan serta misi dari pegawai dan pejabat eksekutif dengan kepentingan dan misi pemegang saham, sehingga tidak ada benturan kepentingan antara pemegang saham dan pihak-pihak yang menjalankan kegiatan usaha perusahaan.
c.  Meningkatkan motivasi dan komitmen karyawan terhadap perusahaan karena mereka juga merupakan pemilik perusahaan, sehingga diharapkan akan meningkatkan produktivitas dan kinerja perusahaan
d.      Menarik, mempertahankan, dan memotivasi (attract, retain, and motivate) pegawai kunci perusahaan dalam rangka peningkatan shareholders’ value.
e.       Sebagai sarana program sumber daya manusia untuk mendukung keberhasilan strategi bisnis perusahaan jangka panjang, karena ESOP pada dasarnya merupakan bentuk kompensasi yang didasarkan atas prinsip insentif, yaitu ditujukan untuk memberikan pegawai suatu penghargaan yang besarnya dikaitkan dengan ukuran kinerja perusahaan atau shareholders value.
Melalui ESOP, hubungan hukum antara karyawan dengan perusahaan tidak terbatas pada hubungan perburuhan, melainkan karyawan juga sekaligus pemilik perusahaan. Sarana yang digunakan untuk memberikan kesempatan berpartisipasi dalam kepemilikan saham perusahaan (Bapepam, 2002).


7.  ESOP TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN
Rencana Kepemilikan Saham Karyawan atau biasa di sebut dengan Employee Stock Ownership Plans (ESOP) merupakan rencana kepemilikan karyawan atas saham perusahaan yang diharapkan dapat meningkatkan sense of belonging sehingga mendukung peningkatan kinerja perusahaan (Herdinata, 2004). Peningkatan kinerja karena karyawan merasa memiliki perusahaan, sehingga karyawan tersebut akan berusaha agar perusahaan tersebut meningkat.
Dalam penelitan Letlora (2012), untuk mengukur kinerja perusahaan terdapat beberapa variabel  yang digunakan antara lain.
1.      ROA (Return Of Asset)
Menurut Tandelilin (2010), ROA (Return Of Asset) rasio yang menggambarkan sejauh mana kemampuan aset yang dimiliki perusahaan bisa menghasilkan laba. ROA dapat dirumuskan dengan (Davidson dan Worreell, 1994).
Menurut Mehran (1999) dalam Herdinata (2004) terdapat 382 perusahaan yang melaksanakan program ESOP memiliki ROA 2,7% lebih tinggi dibanding perusahaan yang tidak melakukan ESOP. Hal ini juga didukung oleh temuan Kruse & Blasi (2001), Kurse (2002), Mekong (2002) dalam Herdinata (2004), yang mengatakan bahwa perusahaan dengan kepemilikan saham karyawan menghasilkan peningkatan atas ROA selam sepuluh tahun 2%-2,5% lebih tinggi dibanding perusahaan  tanpa ESOP.

2.      ROE (Return Of Equity)
Menurut Sugiharto (2007) dalam Rinati (2008), ROE adalah rasio yang digunakan untuk mengukur keuntungan bersih yang diperoleh dari pengelola modal yang diinvestasikan oleh pemilik perusahaan.
Menurut Joseph Blasi et all dalam Letlora (2012), terdapat pertumbuhan ROA dan ROE yang lebih tinggi dari pada perusahan yang tidak melakukan ESOP, hal ini dikarenakan perusahaan yang melakukan ESOP  memiliki performa yang lebih baik. ROE dapat dihitung dengan rumus (Tandelilin, 2010).

3.      NPM (Net Profit Margin)
Menurut Mamduh dan Halim (2007) dalam Letlora (2012), Net Profit Margin adalah menghitung sejauh mana perusahaan menghasilkan lapa pada tingkat penjualan tertentu. NPM dapat dirumuskan dengan.
Menurut Davidson dan Woreell (1994) dalam Letlora (2012), terdapat perubahan ROA dan Profit Margin perusahaan setelah dua tahun melaksanakan ESOP mengalami penurunan, hal ini disebabkan oleh manfaat ESOP yang dirasa oleh para manajer dalam jangka waktu yang lama sehingga manajer kurang termotivasi.

4.      Sales Growth
Menurut Quarrey dan Rosen (1987) dalam Letlora (2012), menemukan bahawa perusahaan yang melakukan ESOP memiliki Sales Growth 3,6% lebih cepat dibanding perusahaan serupa yang tidak melaksanakan ESOP.
Dalam Letlora (2012) mengatakan bahwa Sales Growth dapat dihitung dengan rumus.
5.      EPS (Earning Per Share)
Menurut Warren, Reeve, dan Fess (2006), Earning Per Share digunakan untuk menilai profitabilitas investasti oleh pemegang saham biasa. Jika yang beredar adalah saham preferen dan saham biasa, maka pertama kali laba bersih dikurangkan dengan jumlah deviden saham preferen. EPS dapat dicari menggunakan rumus.
Penelitian ESOP terhadap EPS dilakukan oleh Caughlan (1997) dalam Herdinata (2004), menemukan bahwa ESOP dapat meningkatkan EPS.

6.      PER (Price Earning Ratio)
Menurut Warren, Reeve, dan Fess (2006), Price Earning Ratio digunakan untuk menunjukkan prospek laba di masa depan, berdasarkan hubungan antara nilai pasar saham dan laba. PER dapat dirumuskan sebagai berikut.


Penelitian mengenai ESOP dan PER dilakukan oleh Joseph Blasi et all dalam Letlora (2012), dimana hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa terdapat pertumbuhan atau peningkatan yang signifikan dari PER perusahaan yang melaksanakan ESOP (perusahaan skala kecil) dibanding perusahaan yang tidak melaksanakan ESOP.

7.      Total Asset Turnover (TATO)
Menurut Mamduh dan Abdul Halim (2007) dalam Letlora (2012), Total Asset Turnover adalah resio yang digunakan dalam mengukur efektivitas penggunaan total aktiva, yang dapat dirumuskan sebagai berikut.





Penelitian mengenai ESOP Total Asset Turnover dilakukan oleh Davidson dan Woreell (1994) dalam Letlora (2012), dimana hasil dari penelitian ini bahwa pada tahun pertama mengalami peningkatan setelah pengumuman pelaksanaan ESOP.

8. ESOP TERHADAP REAKSI PASAR
Sesuai dengan tujuan ESOP diatas bahwa ESOP dapat meningkatkan motivasi dan komitmen karyawan terhadap perusahaan karena mereka juga merupakan pemilik perusahaan, sehingga diharapkan akan meningkatkan produktivitas dan kinerja perusahaan. Dengan meningkatnya produktivitas dan kinerja perusahaan diharapkan akan meningkatkan laba sehingga dengan adanya ESOP diharapkan terdapat good news (sinyal positif) yang ditangkap oleh para pelaku pasar. Menurut Davidson dan Woreell (1994) dalam Letlora (2012), reaksi pasar terhadap pengumuman ESOP diharapkan akan sesuai dan positif.
Menurut Letlora (2012), Dengan  adanya informasi mengenai adanya ESOP maka pasar diharap menanggapi dengan positif yang dapat dilihat melalui abnormal return yang dapat dicapai. Menurut Jogianto (2010), Abnormal return merupakan kelebihan dari  return sesungguhnya yang terjadi terhadap return normal yang merupakan  return  ekspektasi (yang diharapkan) dan merupakan return yang terjadi pada keadaan normal dimana tidak terjadi suatu peristiwa.  Dengan demikian, abnormal return adalah selisih antara return sesungguhnya dan return ekspektasi.
Dalam Herdinata (2004) terdapat beberapa penelian yang membuktikan terdapat reaksi yang positif dari para investor terhadap ESOP, penelitian tersebut yaitu.
  1.  Chang (2002), menemukan adanya abnormal return di seputar tanggal pengumuman ESOP yang signifikan.
  2.  Dhiman (2009), Penerapan ESOP meningkatkan Produktivitas karyawan.
  3.  Ivanov dan Zaima (2011), menemukan bahwa efek dari pelaksanaan ESOP yang diterapkan perusahaan akan memberikan cost of capital yang optimal bagi perusahaan.


9. STUDI KASUS
9.1  Kasus 1
       Kasus pertama adalah Reaksi Pasar Terhadap Pengumuman Employee Stock Ownership Program oleh Chistian Herdinata pada 2004 dalam Jurnal Keuangan dan Perbankkan Vol.16, No.1 januari 2012, halaman 77-85. Dari penelitian ini peneliti menggunakan uji-T untuk menguji apakah terdapat perubahan yang signifikan pada sebelum dan sesudah peristiwa. peneliti merumuskan hipotesis “pasar bereaksi positif di seputar pengumuman ESOP” hipotesis peneliti ini didukung dengan penelitian sebelumnya oleh Chang (2002), Dhiman (2009), dan Ivanov dan Zaima (2011) yang menunjukan reaksi positif di sekitar pengumuman ESOP.
       Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di BEI pada perioda 1 januari 2000-31 Desember 2010, dengan penyaringan sampel sebagai berikut.
  
Proses
jumlah
Pengumuman pelaksanaan ESOP pada perioda 1 januari 2000-31 Desember 2010.
Pengumuman lain (seperti laporan keuangan, right issue, dividen, merger, dan stock split) pada lima hari sebelum (t-5) dan lima hari sesudah (t+5) pengumuman ESOP
63

(25)
Sampel Akhir
38
Table 2. Proses Pemilihan Sampel Kasus 1
Sumber: Herdinata (2004)
Sedangkan jenis data sekunder dalam kasus pertama, yaitu tanggal pengumuman ESOP hasil RUPS dari idx.co.id, harga saham penutupan dan IHSG perioda 2010-2010 diperoleh dari yahoofinance.com,harga saham dan return saham perioda 2000-2010 diperoleh dari data Pusat Pengembangan Akuntansi (PPA) UGM, dan  laporan keuangan perusahaan go public tahun 2000-2010 diperoleh dari ICMD (Indonesian Capital Market Directory).
       Hasil dari penelitian tersebut melalui perhitungan menunjukkan Average Abnormal Return (ARR) yang terjadi selama perioda peristiwa tidak signifikan melalui table 3.
Tabel 3. Perhitungan Average Abnormal Return pada Event Period
Sumber: Herdinata (2004)

9.2  Kasus 2
       Kasus kedua adalah Pengaruh Pengumuman Employee Stock Option Program Terhadap Reaksi Pasar dan Kinerja Perusahaan pada Perusahaan Publik yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia oleh Selvy Chelarci Letlora pada 2012. Peneliti melakukan hipotesis yaitu.
H1: Pasar bereaksi positif terhadap pengumuman ESOP.
H2: Kinerja Perusahaan sesudah pelaksanaan ESOP lebih tinggi dibanding dengan kinerja perusahaan sebelum pelaksanaan ESOP.
       Variabel-variabel yang diamati dalam penelitian ini untuk reaksi pasar menggunakan variabel Abnormal Return (AR), sedangkan untuk kinerja perusahaan menggunakan variabel Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), Net Profit Margin (NPM), Sales Growth, Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER), dan Total Asset Turnover (TATO). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2005-2009. Untuk penyaringan sampel dengan cara sebagai berikut.
1.      Terdaftar di BEI perioda 1 januari 2005 – 31 Desember 2009.
2.      Mengumumkan ESOP perioda 1 Januari 2006 – 31 Desember 2007.
3.      Tidak melakukan pengumuman seperti publikasi laporan keuangan, right issue, pembagian deviden, pelaksanaan merger, dan stock split pada 5 hari sebelum dan sesudah pengumuman ESOP untuk menghindari conpounding effect.
4.      Memiliki kelengkapan data laporan keuangan.
       Hasil penelitian menggunakan one sample T-test untuk menguji H1 dan berdasarkan perhitungan peneliti pada tabel 4 membuktikan bahwa menolak H1 dan menerima Ho yang mengatakan bahwa tidak terdapat abnormal return positif signifikan selama event window. Sedangkan untuk menguji H2 peneliti menggunakan paired sample T-test dan berdasarkan perhitungan peneliti pada tabel 5 membuktikan bahwa menolak H2 dan menerima Ho yang mengatakan bahawa Kinerja Perusahaan sesudah pelaksanaan ESOP tidak lebih tinggi dibanding dengan kinerja perusahaan sebelum pelaksanaan ESOP.
Tabel 4. Uji Hipotesis 1
Sumber: Letlora (2012)
Tabel 5. Uji Hipotesis 2
Sumber: Letlora (2012)
9.3  Kasus 3
Kasus ke 3 adalah Pengaruh Kinerja Perusahaan Terhadap Keputusan Pengadopsian Employee Stock Ownership Program (ESOP) dan Manfaat Pengadopsian Employee Stock Ownership Program (ESOP) Terhadap Kinerja Perusahaan oleh Nyi Ayu Helfasari pada 2012. Dalam penelitian ini peneliti memiliki hipotesis sebagai berikut.
1.      Pengaruh ESOP terhadap kinerja perusahaan
Ha1:   Cash Ratio berpengaruh terhadap keputusan pengadopsian Employee Stock Option Program (ESOP).
Ha2: ROE (Return On Equity) berpengaruh terhadap keputusan pengadopsian Employee Stock Option Program (ESOP).
Ha3: PBV (Price to Book Value) berpengaruh terhadap keputusan pengadopsian Employee Stock Option Program (ESOP).
Ha4: Sales Growth berpengaruh terhadap keputusan pengadopsian Employee Stock Option Program (ESOP).
2.      Pengaruh ESOP terhadap manfaat pada kinerja perusahaan di tahun mendatang
Ha5: Terdapat perbedaan kinerja perusahaan yang diproksikan dengan OPM (Operating Profit Margin) sebelum dan sesudah pengadopsian Employee Stock Option Program (ESOP).
Sampel yang dipilih dalam penelitian ini adalah perusahaan yang melakukan Employee Stock Ownership Program (ESOP) tahun 2007-2010 dengan proses penyaringan sampel sebagai berikut.
1.        Perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode penelitian antara 2007–2010 dan secara empat tahun berurutan menerbitkan laporan tahunan setelah pengadopsian Employee Stock Ownership Program (ESOP).
2.        Selama periode pengamatan perusahaan memiliki data yang lengkap untuk digunakan dalam penelitian ini.
3.        Perusahaan mempublikasikan laporan keuangan auditan secara konsisten dan lengkap dari tahun 2007-2010.
 Dari penyaringan tersebut didapatkan data sempel sebagai berikut.
No
Nama Perusahaan
Kode
1
PT. Global Mediacom Tbk
BMTR
2
PT. Indosiar Karya Medika Tbk
IDKM
3
PT. Ramayana Lestari Sentosa Tbk
RALS
4
PT. Metrodata Electronics Tbk
MTDL
5
PT. Perusahaan Gas Negara Tbk
PGAS
6
PT. Apexindo Pratama Duta Tbk
APEX
7
PT. Indonesia Air Transport Tbk
IATA
8
PT. Surya Citra Media Tbk
SCMA
9
PT. AKR Corporindo Tbk
AKRA
10
PT. Sorini Agro Asia Corporindo Tbk
SOBI
Tabel 6. Sampel Kasus 3
Sumber: Helfasari (2012)
       Berdasarkan penelitian terdsebut peneliti mendapatkan hasil bahwa Berdasarkan hasil pengujian dalam penelitian ini, variabel Cash Ratio, ROE, dan Sales Growth memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap keputusan pengadopsian ESOP dan untuk variabel PBV memiliki pengaruh positif signifikan terhadap keputusan pengadopsian ESOP. Sedangkan untuk penelitian ke 2 peneliti menyimpulkan ESOP tidak signifikan sehingga Ha5 ditolak.

10.  PEMBAHASAN
10.1          Kasus 1
Dalam kasus 1 yang dilakukan oleh Christian Herdinata (2004) mengenai Rekasi Pasar Terhadap Pengumuman Employee Stock Ownership Program melalui pengujian Average Abnormal Return (AAR) tidak berpengaruh secara signifikan. Menurut hasil penelitian AAR Positif terdapat pada t-5, t-4, dan t-1, setelah peristiwa AAR semakin menurun walau pada t+2 kearah positif hal ini mungkin terjadi ketika para investor bereaksi telah mendapat informasi, investor membeli saham sebelum peristiwa. setelah itu investor akan menjual saham yang telah dibeli dengan harapan akan mendapat abnormal return dari saham tersebut.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Chang (1990), David & Woreel (1994), dan Mehran (1999) yang menemukan bahwa pasar bereaksi positif dan signifikan diseputar pengumuman ESOP. ESOP yang tidak signifikan dan memberi reaksi negatif terhadap pengumuan ESOP disebabkan karena ESOP merupakan kejadian yang masih relative baru di Indonesia, sehingga para investor belum bisa memprediksi mengenai risk and return dalam peristiwa ini. Penulis juga menambahkan bahwa dengan adanya Stock Option Plant maka saham akan beredar semakin banyak setelah karyawan perushaan melaksanakan haknya, sehingga akan menurunkan Earning Per Shares karena saham yang beredar semakin banyak.

10.2          Kasus 2
Dalam kasus 2 Pengaruh Pengumuman Employee Stock Option Program Terhadap Reaksi Pasar dan Kinerja Perusahaan pada Perusahaan Publik yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia oleh Selvy Chelarci Letlora pada 2012. Memiliki dua hipotesis yang menerima Ho. Dalam hipotesi pertama yang meneliti mengenai reaksi pasar terhadap pengaruh ESOP Letlora (2012) mendapatkan hasil yang sejalan dengan penelitian Herdinata (2004) yang telah dibahas pada kasus 1 dan hasil dari penelitian tersebut adalah tidak adanya reaksi psar yang positif terhadap pengumuman ESOP.
Untuk hipotesis ke 2 mengenai Kinerja Perusahaan Letlora (2012) menolak hipotesis dan menerima Ho yang mengatakan bahwa tidak adanya Kinerja Perusahaan yang lebih baik setelah Pengumuman ESOP. Tidak adanya peningkatan setelah ESOP ini dikarenakan terdapat beberapa faktor, menurut Bapepam (2002) faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan ESOP adalah kurangnya pengetahuan dan pemahaman tentang program ESOP yang dimiliki oleh karyawan dan kurangnya pengetahuan atas risiko dalam program ESOP. Letlora (2012) juga menambahkan bahwa terdapat faktor lain yang perlu dipertimbangkan yaitu pada tahun 2007-2008 terjadi krisis ekonomi global yang memberikan dampak terhadap fundamental perusahaan dan juga dalam perioda penelitian tingkat inflasi di Indonesi Tercatat cukup besar.

10.3          Kasus 3
Kasus ke 3 adalah Pengaruh Kinerja Perusahaan Terhadap Keputusan Pengadopsian Employee Stock Ownership Program (ESOP) dan Manfaat Pengadopsian Employee Stock Ownership Program (ESOP) Terhadap Kinerja Perusahaan oleh Nyi Ayu Helfasari pada 2012. Penelitian ini Memiliki dua hipotesis. pertama mengenai pengaruh ESOP terhadap kinerja perusahaan, dari hasil penelitian Helfasari menerima hipotesis bahwa terdapat pengaruh yang signifikan terhadap penerapan ESOP. Namun pengaruh tersebut berniai negatif untuk variabel Cash Ratio, ROE, dan Sales Growth. Sedangkan untuk Price Book Value memberikan pengaruh signifikan yang positif. Dari hasil hipotesis ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Letlora (2012) dalam kasus 2.
Hipotesis ke 2 mengenai pengaruh ESOP terhadap manfaat pada kinerja perusahaan di tahun mendatang. Hefasari menyimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan dari tingkat Operating Profit Margin (OPM) sebelum dan setelah peristiwa pengadopsian ESOP. Dengan kata lain, bahwa pengadopsian ESOP tidak memberikan manfaat terhadap kinerja perusahaan tahun mendatang.

11.  SIMPULAN
Dari hasil tersebut dapat peneliti simpulkan bahwa.
1.      Employee Stock Ownership Program  (ESOP) melalui pemberian opsi digunakan oleh principal untuk sebagai kompensai kepada karyawan sebagai agent dengan tujuan agar para pekerja dapat termotivasi dan merasa memiliki setelah melaksanakan opsi tersebut. Dengan meningkatnya motivasi dan rasa memiliki perusahaan tersebut karyawan akan meningkatkan kinerja perusahaan. Dengan meningkatnya kinerja perusahaan diharapkan memberikan good news yang akan direspon oleh para pelaku pasar sehingga peningkatan perusahaan dapat dilihat dengan adanya abnormal return yang positif
2.      Employee Stock Ownership Program (ESOP) juga digunakan oleh principal sebabai jalan untuk mengurangi agency problem. Dengan memberikan hak opsi untuk membeli saham principal berharap bahwa agent atau manajer perusahaan tidak meletakkan kepentingan perusahaan untuk kepentingan manajer dan agar manajer mengambil keputusan yang sesuai dengan principal.
3.      Penerapan Employee Stock Ownership Program di Indonesia terhadap reaksi pasar tidak sesuai dengan teori yang ada. Berrdasarkan penelitian Herdinata (2004) dan Letlara (2012) mengenai reaksi pasar terhadap perusahaan yang melakukan ESOP di Indonesia memberikan bad news yang ditanggap oleh pelaku pasar. Hal ini disebabkan karena Employee Stock Ownership Program masi relatif baru di dunia investasi Indonesia. Sehingga banyak investor takut akan risk and return yang belum pasti. selain itu dengan pemberikan hak opsi kepada karyawan melalui Employee Stock Ownership Program akan mengakibatkan Earning Per Share yang diterima investor akan berkurang karena bertambahnya jumlah saham yang beredar ketika pegawai melakukan haknya untuk membeli saham perusahaan.
4.      Penerapan Employee Stock Ownership Program pada perusahaan di Indonesia tidak memberikan pengaruh peningkatan terhadap kinerjaperusahaan. Hal ini dibuktikan dengan penelitian Letlara (2012) dan Helfasari (2012) membuktikan bahwa tidak terdapat kenaikan terhadap kinerja perusahaan setelah menggunakan ESOP di perusahaan. Menurut Letlara (2012) Hal ini timbul karena penentuan masalah tingkat harga yang sudah ditentukan ketika opsi diberikan yang sama dengan harga pasar regular, keuntungan yang didapat karyawan melalui program ini sangat terkait dengan keuntungan yang diharapkan akan diperoleh  perusahaan pada masa yang akan datang, dan bagi karyawan hal ini adalah hal yang beresiko, dan adanya jangka diamana karyawan harus menunggu sebelum melaksanakan opsinya dan memperoleh haknya dengan segera (vesting period). Masalah ini juga ditambahkan oleh Bapepam (2002) faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan ESOP adalah kurangnya pengetahuan dan pemahaman tentang program ESOP yang dimiliki oleh karyawan dan kurangnya pengetahuan atas risiko dalam program ESOP.


DAFTAR PUSTAKA
Aboody, D dan Kanzik, R. 2000. CEO Stock Option Award and The Timing Of Corporate Voluntary Disclosure. Journal Of Accounting And Economics 29, 73-100.

Ang, R. 1997. Buku Pintar Pasar Modal Indonesia. Jakarta: Mediasoft.

Brigham, Eugene F and Houston, Joel F. 2004. Fundamental of Financial Management Edisi 4. Penerbit: Thomson South-Western.

Departemen Keuangan Republik Indonesia Badan Pengawas Pasar Modal. Tim Studi Penerapan ESOP Emiten atau Perusahaan Publik di Pasar Modal Indonesia. 2002. Studi Tentang Penerapan Esop (Employee Stock Ownership Plan) Emiten Atau Perusahaan Publik Di Pasar Modal Indonesia.

Dessler, G. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia jilid 2 Edisi 10, Jakarta: Indeks.

Gitman, Lawrence J. 2000. Principles of Managerial Finance Edisi 9. Penerbit:Addison-Wesley.

Herdinata, C. 2004. Reaksi Pasar Terhadap Pengumuman Employee Stock Ownership Program. Jurnal Keuangan dan Perbankan 16, 77-85.

http://www.idx.co.id/Home/ProductAndServices/Derivatives/tabid/153/language/id-ID/Default.aspx. Diakses pada tanggal 11 Desember 2012, pada pukul 13.15 WIB.

Jogiyanto. 2010. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Yogyakarta: BPFE

Letlora, S.C. 2012. Pengaruh Pengumuman Employee Stock Option Program Terhadap Reaksi Pasar dan Kinerja Perusahaan Pada Perusahaan Publik yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

Samsul, M. 2010. Pasar Berjangka Komoditas dan Derivatif. Jakarta: Salemba Empat.

Tandelilin, E. 2010. Portofolio dan Investasi Edisi 1. Yogjakarta: Kanisius.

Tandiyo, M.A dan Fangliana, T. 2012. Agency Theory. Makalah Manajemen Keuangan Perusahaan Fundamental.

Warren, C.S., Reeve, J.M., Fess, P.E. 2006. Accounting Pengantar Akuntansi Buku 2 Edisi 21. Jakarta: Salemba Empat



Tidak ada komentar:

Posting Komentar